Rabu, 14 Februari 2018

Apakah cinta hanya untuk sepasang kekasih?

picture source: pexels.com
Apakah cinta hanya untuk sepasang kekasih? Apakah kebahagiaan cinta hanya milik mereka yang telah mempunyai pasangan? TENTU TIDAK BUKAN?!

Memang terkadang manusia dewasa akan merasa hampa tanpa seorang kekasih dan hal itu adalah hal yang wajar. Namun, sendiri tanpa adanya kekasih atau pasangan hidup bukanlah hal yang menyedihkan dan sendiri bukan berarti tidak bahagia. Tapi kenapa terkadang saat kita tidak punya pasangan dan melihat teman-teman sekeliling kita memiliki pasangan kita masih merasa sedih? Karena, terkadang kita lupa untuk mensyukuri keadaan kita saat ini. Mungkin dengan kesendirian kita saat ini, kita diajar Tuhan akan hal-hal yang kadang kita tidak mengerti.

Sadar atau tidak, segala sesuatu yang kita alami tidak ada yang kebetulan karena segala sesuatu terjadi seizin Tuhan. Saat ini, mungkin kita masih sendiri tanpa kekasih dan saya yakin, ada hal yang Tuhan mau kita sadari. Tuhan ingin kita menyadari bahwa ada SEORANG PRIBADI yang MENCINTAI SAYA dan ANDA, dan SIAPA PUN YANG MEMBACA INI. SEORANG PRIBADI ITU MENCINTAI KITA LEBIH DARI HIDUPNYA. Pribadi itu adalah TUHAN YESUS KRISTUS. Tuhan rela mengorbankan diri-Nya sendiri untuk kita semua. Jadi untuk siapa pun yang merasa sendiri dan tidak memiliki pasangan dan tidak memiliki teman atau tidak merasa dicintai, saya mau memberitahu Anda bahwa Tuhan Yesus mencintai Anda! Terimalah kasih Yesus yang tak bersyarat dan unlimited untuk Anda! Percayalah Anda akan merasakan perubahan yang luar biasa dalam hati Anda dan hidup Anda! Keseharian Anda akan terasa tidak sendiri lagi karena Tuhan Yesus Kristus beserta Anda!

TUHAN YESUS MENYERTAI dan MEMBERKATI KITA SEMUA!!



Senin, 26 September 2016

Bagaikan Bandeng Presto dalam Sarang

Beberapa hari kemarin teman saya bercerita, dia pergi ke sebuah tempat makan, dan dia memesan sebuah menu, yaitu bandeng presto dalam sarang. Mungkin, hal ini akan terdengar biasa saja buat saya sebelum dia menceritakan bahwa dia teringat sesuatu hal ketika dia melihat bandeng presto dalam sarang. Hal apakah itu?

Dia mengatakan bahwa saat melihat bandeng presto dalam sarang, dia ingat akan Kasih Yesus. Bandeng yang disajikan terbungkus sarang, sehingga yang kelihatan sarangnya itu menggambarkan kita ada di dalam Yesus. Bapa melihat kita seperti melihat Yesus dan bukan melihat dosa dan kesalahan kita lagi, tetapi Bapa memandang adalah kebaikan Yesus yang terlihat.
Sedangkan duri ikan bandeng yang sudah melalui proses presto ini membuat kita dapat langsung makan tanpa takut ketusuk duri. Duri tersebut masih ada, tetapi tidak ada kekuatannya lagi dan kita memakannya dengan tenang. Hal ini seperti masalah di dalam hidup kita, mungkin kelihatannya masih ada, tetapi Yesus sudah menyelesaikannya.

Dari hal ini, kita dapat melihat bahwa ketika kita telah berada dalam perlindungan Yesus, kita tidak perlu khawatir tentang apapun lagi, apalagi masalah kita. Seperti masalah yang tampaknya masih ada tetapi sesungguhnya masalah itu telah diselsaikan oleh Yesus. (Mazmur 91)

Minggu, 31 Januari 2016

Iman pada Perbuatan Kita VS Iman pada Perbuatan Yesus


Seringkali kita terjebak dan keliru meletakkan dasar iman kita. Seringkali secara tidak sadar kita mendasari iman kita bergantung pada apa yang kita lakukan.

Iman tidak ada kaitannya dengan perbuatan kita. Tidak ada perbuatan kita yang dapat menambah atau mengurangi iman. Iman tidak timbul dari perbuatan kita.

Seringkali kita sangat percaya sesuatu yang kita harapkan pasti terjadi dan kita menyebut itu sebagai iman. Akan tetapi, ternyata kita salah percaya. Kita sebenarnya sedang percaya dengan perbuatan kita.

Kita berkata kita beriman karena merasa sudah melakukan yang terbaik dan mempunyai kemampuan diri. Itu bukanlah iman!

Pernahkah kita seolah-olah sedang merasa tidak percaya sesuatu akan terjadi, tetapi akhirnya malah apa yang tidak kita percayai malah terjadi? Ya, itu karena kita telah berhenti mempercayai diri sendiri dan beralih untuk mempercayai Tuhan.

Saat kita berhenti mempercayai diri kita kemudian beralih untuk tetap datang kepada Tuhan dan tetap percaya Dia mau menolong kita, itulah iman.

Iman hanya akan timbul saat kita percaya pada apa yang telah Yesus selesaikan untuk kita (Roma 10:17). Saat kita terus memandang Yesus dan perbuatanNya, iman akan timbul, sebab kita menjadi percaya bahwa Yesus mau menolong bahkan Dia telah selesaikan itu semua untuk kita.

Oleh karena itulah mengapa sangat penting kita terus mendengar kabar baik tentang Yesus. Sebab saat kita mendengar tentang Yesus, imanpun timbul dan kita semakin percaya dan bergantung pada perbuatan Yesus, bukan lagi perbuatan kita.

Filipi 3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.